Minggu, 22 Februari 2009

Grameen Bank

Salah satu tulisan yang sangat bagus mengenai : " Grameen Bank dan Muhammad Yunus dimuat di Harian Pikiran Rakyat Bandung" Edisi 12 Agustus 2007 , ulasannya jernih dan sangat positip membicarakan kenapa Yunus mendirikan Bank untuk orang miskin dan kenapa dia berpendapat bahwa mayoritas rakyat Bangladesh adalah masayarakat jujur, meskipun berita mengenai korupsi luar biasa banyaknya, berita menganai konglomerat hitam juga banyak sekali : tetapi Yunus berpikir positip dan langsung turun kebawah mendirikan Bank untuk orang miskin. Grameen Bank akan menjadi Bank biasa, bukan lagi Bank untuk orang miskin . Kenapa ? Karena ia bertekad membangun negaranya, bukan lagi membangun cuma orang miskin, tetapi membesarkan semua pihak yang berusaha dalam bisnis. Bisnis adalah bisnis, bukan semata-mata untuk bisnis kecil , gurem atau menengah, tetapi membangun bisnis segala ukuran agar mampu berkembang dan tercapai keseimbangan. Membangun semua lapisan bisnis berbagai tingkatan agar mampu memberdayakan ekonomi negara ! Pemikiran Muhammad Yunus juga telah mulai ditiru di Indonesia, salah satu yang meniru adalah kelompok Para Sahabat ialah kelompok Benny Subianto - Teddy Rahmat - Tatit Setiawan mendirikan Micro Finance dengan mengambil alih beberapa BPR - Bank Perkreditan Rakyat. Ada juga beberapa kelompok lain yang bergerak dibidang menuntaskan kemiskinan dengan membangun Yayasan yang memberikan kredit kepada orang miskin dan juga kelompok yang membantu petani-petani di Jawa Tengah ialah kelompok Gilbert Wiryadinata, ada juga kelompok pengusaha yang dikepalai oleh Lembong , pengusaha obat terkenal. Dan mungkin masih ada beberapa organisasi yang bergerak membantu orang miskin dan memberdayakan kelompok petani di pedesaan. Ceritera mereka sama dengan ceritera Mohammad Yunus, malah orang-orang miskin ini benar-benar berusaha membayar. Ada pula organisasi luar negeri yang bergerak dibidang kemanusiaan dan memberikan kredit Mikro kepada orang-orang miskin, misalnya memberikan kredit yang nilainya antara Rp 200 ribu sampai Rp 2 juta kepada Binatu, tukang tambal ban, jualan gado-gado , jualan pecel, jualan es pinggir jalan dan sebagainya. Ketika aku tanyakan : " Kenapa tak mendirikan Bank semacam Grameen ? " Ternyata peraturan maupun undang-undang perbankan berbeda dengan di Bangladesh dan untuk mendirikan Bank di Indonesia ada aturan yang ketat setelah pengalaman Indonesia dibidang perbankan yang dipakai manipulasi dan segala macam urusan kriminil perbankan yang mengakibatkan krisis perbankan ditahun 1996 menjelang kehancuran ekonomi karena Bank-bank yang kotor dengan memanfaatkan lemahnya peraturan perbankan di Indonesia saat itu.

Tidak ada komentar: